Ancaman Semakin Nyata, Pemerintah Abai Hadapi Krisis Iklim

Editor: Yoyok - Sabtu, 24 September 2022 | 11:00 WIB
Sariagri - Ratusan orang dari berbagai wilayah di Indonesia yang tergabung dalam Kolektif Bumi Butuh Aksi (BBA) mengungkapkan keresahannya terhadap sikap pemerintah yang abai dalam menghadapi ancaman krisis iklim. Mereka melakukan aksi damai di Jakarta, Jumat (23/9/2022), untuk menyuarakan keresahan terhadap ancaman krisis iklim melalui aksi Climate Strike.
Kolektif Bumi Butuh Aksi melihat ancaman krisis iklim ini semakin nyata dan mengancam masa depan umat manusia. Alih-alih serius menanggapi ancaman ini, pemerintah Indonesia malah menyangkal dan mengadopsi solusi-solusi palsu yang justru memberikan karpet merah dan keuntungan bagi perusak lingkungan.
Berangkat dari kekhawatiran yang sama, individu, komunitas dan organisasi yang tergabung dalam Kolektif Bumi Butuh Aksi menyatakan sikap untuk memukul mundur krisis iklim dengan cara anak muda sendiri lewat solusi-solusi nyata dan terus menekan pemerintah dan pelaku bisnis untuk melakukan perubahan sistematis dan melakukan aksi iklim sesegera mungkin.
“Krisis iklim bikin nafas kita yang seharusnya lega dan terbuka kini terhalang, saya dan keluarga tinggal di suatu wilayah di Jabodetabek yang langitnya cukup polluted, langit kini bukan lagi biru tapi abu-abu. Something must be done,” ujar musisi dan aktivis Oscar Lolang.
Menurut Reka Maharwati, perwakilan Enter Nusantara, krisis iklim sudah sangat dekat dengan, bahkan di sepanjang Pulau Jawa. “Kita sudah dapat melihat dampak krisis iklim dari Pesisir Utara Pulau Jawa yang setiap tahun semakin tenggelam. Sudah 3 tahun sejak Climate Strike pertama di Indonesia kita menunggu langkah dari pemerintah untuk merespon keresahan kita, tapi kok sampai tahun ini mereka abai dengan ancaman nyata ini?” ujar Reka.
Kegiatan climate strike merupakan sebuah gerakan global anak-anak muda di dunia, yang terinspirasi dari School Strike yang dilakukan oleh Greta Thunberg di tahun 2018. Di tahun ini anak-anak muda yang peduli lingkungan kembali menggaungkan pesan terkait krisis iklim tersebut. Agar gerakan ini terus berlanjut, kolektif Bumi Butuh Aksi menginisiasi kolaborasi dan saling mendukung antar komunitas/entitas/organisasi atau kelompok apapun dengan tujuan #PukulMundurKrisisIklim.
Hadi Priyanto dari Greenpeace Indonesia menyatakan krisis Iklim yang sudah hadir di depan mata seharusnya menjadi titik balik umat manusia untuk mengubah arah kebijakan, meninggalkan energi kotor, dan praktik buruk lainnya yang semakin memperburuk krisis iklim.
Baca Juga: Ancaman Semakin Nyata, Pemerintah Abai Hadapi Krisis IklimHasil Penelitian, Indonesia Masuk Empat Negara Paling Perusak Hutan Tropis
“Tetapi selama tiga tahun setelah aksi kita di 2019, kita tidak melihat perubahan terjadi, pemerintah terus mengabaikan dan malah membuat aturan-aturan yang menjauhkan diri dari rakyatnya. Maka dari itu kami akan berjalan menjauhi dan mengabaikan mereka yang seharusnya mendengarkan kita. Kami menolak hanya menjadi angka di kotak suara dan pungutan pajak, karena kami adalah rakyat yang seharusnya menjadi tuan dari pemerintah kita,” ujar Hadi.
Climate Strike 2022, yang diikuti lebih dari 80 organisasi dan kelompok anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia dimulai dari Lapangan Parkir IRTI dan diakhiri dengan penampilan musik dan berbagai kegiatan di panggung aspirasi di Taman Dukuh Atas. Aksi ini ditujukan untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan berbagai cara dan warna, serta bahu membahu dan berbagi api semangat untuk keberlangsungan dalam menjaga bumi ini.