40 Persen Pembangkit Listrik Ukraina Hancur Akibat Serangan Rusia

Penulis: Rashif Usman, Editor: Dera - Selasa, 25 Oktober 2022 | 17:15 WIB
Sariagri - Warga Ukraina kini tengah diperingatkan soal pemadaman listrik yang berkelanjutan di tengah serangan udara yang digencarkan oleh rusia. Bos raksasa energi milik negara Naftogaz, Yuri Vitrenko mengatakan bahwa Ukraina kini menghadapi musim dingin yang paling keras.
Vitrenko mengklaim bahwa bahwa sekitar 40% dari pembangkit listrik hancur oleh serangan udara Rusia baru-baru ini. Hal itu ia ungkap dalam sebuah wawancara dengan media Jerman Handelsblatt, dikutip dari Russia Today.
"Ini akan menjadi musim dingin terburuk dalam sejarah kami. Kami memperkirakan pemadaman listrik yang konstan dan masalah dengan pemanasan, ” kata Vitrenko, menambahkan bahwa Moskow juga telah menghantam kilang milik Ukraina.
Vitrenko mengatakan bahwa Ukraina tengah mempersiapkan pemadaman musim dingin. Menurutnya, tidak mungkin untuk 100 persen mencegah masalah dan karena itu negara membutuhkan bantuan dari para pendukungnya.
Pada sebuah wawancara dengan The Guardian pada akhir Agustus, jauh sebelum Rusia melancarkan serangannya terhadap infrastruktur energi Ukraina, Vitrenko mengakui bahwa tanpa dukungan keuangan Barat, Ukraina akan 'kekurangan gas' dan, akibatnya, sistem tenaganya mungkin akan mati.
Pada bulan September, bos Naftogaz mendesak Ukraina untuk membeli selimut dan pakaian hangat, mencatat bahwa musim pemanasan tahun ini akan dimulai lebih lambat dan berakhir lebih awal, sementara suhu musim dingin di apartemen akan ditetapkan pada 17-18 derajat Celcius. Empat derajat di bawah suhu standar.
Baca Juga: 40 Persen Pembangkit Listrik Ukraina Hancur Akibat Serangan RusiaRusia Hantam Jaringan Energi, Listrik di Ukraina Padam
Penembakan infrastruktur Ukraina yang sedang berlangsung oleh Moskow mendorong Presiden Ukraina Vladimir Zelensky pekan lalu untuk meminta rekan-rekannya untuk mengurangi tekanan pada sistem energi yang sedang berjuang dengan membatasi penggunaan listrik antara jam 5 sore dan 11 malam.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pergeseran serangan militer di Ukraina pada 10 Oktober, dengan pasukan Moskow meluncurkan serangan rudal jarak jauh besar-besaran ke fasilitas militer, komunikasi, dan energi Ukraina. Dia menuduh Kiev mendalangi beberapa 'serangan teroris' terhadap infrastruktur Rusia, termasuk serangan bom Jembatan Krimea.