Garap Proyek Green Hydrogen dan Ammonia, Pertamina Gandeng Chevron

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 8 November 2022 | 18:30 WIB
Sariagri - PT Pertamina (Persero) menggandeng Chevron untuk mengembangkan green hydrogen dan green ammonia. Rencana ini pun masih dalam tahap kajian atau join study.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia (PPI) Fadli Rahman mengatakan, sejak 2021 rencana kerjasama sudah dibicarakan Pertamina dan Chevron. Pada pertengahan 2022 sudah dilakukan kesepakatan penandatangan kerja sama.
Karena itu, pada tahun ini perseroan melajukan tindaklanjut kolaborasi tersebut melaui kajian bersama. "Memang sudah ditandatangani (kerjasama) di pertengahan tahun ini, nah ini ditindaklanjuti oleh kita, bahwa kita perlu membuat proyek yang konkrit dengan mereka (Chevron), bagaimana kita berkolaborasi memanfaatkan kapabilitas yang mereka punya di Indonesia," kata dia, Selasa (8/11/2022).
Adapun proses penggarapan green hydrogen dan green ammonia akan dilakukan kawasan WKP di Sumatera yang dinilai potensial. "Kemungkinan besar di area Sumatera. Seluruh, di area Sumatera di lihat potensinya," kata dia.
Kerjasama Chevron dan Pertamina menjadi bagian dari untuk mendukung target Net Zero Emission Indonesia pada 2060. Adapun Pertamina berkomitmen meningkatkan bauran energi terbarukan dari 9,2% pada 2019 menjadi 17,7% pada 2030.
Pada Mei 2022, kedua entitas di sektor energi tersebut sudah mengumunkan kerjasama untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.
Baca Juga: Garap Proyek Green Hydrogen dan Ammonia, Pertamina Gandeng ChevronDemi Capai Nol Emisi Karbon, Panas Bumi RI Harus Dioptimalkan
Chevron dan Pertamina berencana untuk mempertimbangkan teknologi panas bumi baru, penyeimbangan karbon (carbon offsets) melalui solusi berbasis alam, penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon, serta pengembangan, produksi, penyimpanan, dan transportasi hidrogen dengan rendah karbon.
Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Washington, yang dihadiri oleh Jay Pryor, Vice President, Corporate Business Development, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.