Qatar Sepakati Perjanjian Ekspor LNG ke Jerman Selama 15 Tahun

Ilustrasi pipa gas. (Foto: Pixabay)

Editor: Dera - Rabu, 30 November 2022 | 10:00 WIB

Sariagri - Qatar menandatangani perjanjian ekspor gas alam cair (LNG) ke Jerman selama setidaknya 15 tahun mulai 2026. Perusahaan kilang minyak Jerman, ConocoPhillips, akan membeli LNG dalam jumlah yang disepakati dan dikirim dengan kapal ke terminal penerima di Jerman, yang saat ini masih dikembangkan.

Mengutip Al Jazeera, perjanjian tersebut akan memberi Jerman dua juta ton LNG setiap tahun. LNG akan dikirim dari Ras Laffan di Qatar ke terminal LNG Jerman di Brunsbuettel, kata kepala eksekutif QatarEnergy.

"Ini menandai perjanjian pasokan LNG jangka panjang pertama ke Jerman, dengan periode pasokan yang diperpanjang setidaknya selama 15 tahun, sehingga berkontribusi pada keamanan energi jangka panjang Jerman,” kata CEO QatarEnergy Saad Al Kaabi dalam berita bersama konferensi dengan CEO ConocoPhillips Ryan Lance.

Kesepakatan itu muncul saat Jerman berusaha mengganti pasokan gas asal Rusia yang telah dipotong selama perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Kedua pihak tidak memberikan nilai dari kesepakatan itu.

Ketika negara-negara Eropa mendukung Ukraina setelah invasi Rusia pada Februari, Rusia memangkas pasokan gas alam yang digunakan untuk menghangatkan rumah, menghasilkan listrik dan industri. 

Hal tersebut menciptakan krisis energi yang memicu inflasi dan meningkatkan tekanan pada perusahaan karena harga energi yang naik. Jerman, yang mendapatkan lebih dari setengah gasnya dari Rusia sebelum perang, belum menerima LNG dari Rusia sejak akhir Agustus.

Baca Juga: Qatar Sepakati Perjanjian Ekspor LNG ke Jerman Selama 15 Tahun
Tekan Impor BBM, DPR Minta Pemanfaatan LNG Dioptimalkan

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan perjanjian 15 tahun tersebut. Namun, dia menekankan rencana Jerman untuk menjadi netral karbon pada 2045 dengan membatasi jumlah gas yang akan diterima negara di masa depan.

Jerman harus mulai mengurangi konsumsi gas mulai pertengahan 2030-an jika ingin mencapai tujuan ambisiusnya untuk mengatasi perubahan iklim, kata Habeck.