DPR: Subsidi Mobil Listrik Lukai Rasa Keadilan Masyarakat

Editor: Dera - Selasa, 20 Desember 2022 | 21:30 WIB
Sariagri - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menolak keras rencana pemerintah menggelontorkan subsidi bagi pembelian motor dan mobil listrik di tahun 2023. Menurutnya, rencana tersebut sangat melukai rasa keadilan masyarakat.
"Pengguna motor dan mobil listrik itu kan relatif masyarakat kelas menengah dan atas. Mereka tidak membutuhkan subsidi. Yang butuh subsidi adalah masyarakat yang tidak mampu untuk membeli komoditas pupuk, listrik, BBM, dan lainnya. Ini kan paradoks. Pasalnya, subsidi untuk masyarakat menengah dan atas jor-joran, sementara subsidi untuk masyarakat yang tidak mampu malah ditahan-tahan,” ujar Mulyanto dalam keterangan tertulisnya.
Pihaknya mengecam sikap tidak adil pemerintah dalam mengalokasikan dana subsidi. Menurutnya, pemerintah dengan gampang menggelontorkan subsidi triliunan rupiah kepada masyarakat mampu, sementara untuk masyarakat kecil anggaran subsidi dipirit-pirit, itu pun masih dikeluhkan dan terus dikurangi jumlahnya.
Terkait subsidi BBM misalnya, kata Mulyanto, pemerintah terkesan berat membantu masyarakat yang membutuhkan. Subsidi BBM ini selalu dipermasalahkan. Padahal harga minyak dunia terus turun jauh di bawah angka asumsi makro APBN.
“Akhir-akhir ini harga minyak dunia sudah anjlok jauh di bawah asumsi APBN, bahkan pemerintah telah berjanji, kalau harga minyak dunia menjadi sebesar USD 75 per barel, maka harga BBM bersubsidi akan diturunkan. Namun mana realisasinya? Harga minyak dunia yang dilaporkan WTI akhir-akhir ini sudah mencapai USD 70 per barel. Sementara asumsi APBN kita sebesar USD 100 per barel,” jelasnya.
Baca Juga: DPR: Subsidi Mobil Listrik Lukai Rasa Keadilan MasyarakatAsli Karya Anak Bangsa, DPR Usul Subsidi Pembelian Mobil Listrik Esemka
Atas sikap yang berbeda itu Mulyanto menyebut pemerintah sungguh tidak pro rakyat kecil dan jauh dari ruh sila kelima Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mulyanto jadi meragukan survei-survei, bahwa dukungan masyarakat terhadap pemerintah cukup tinggi. “Yang sesungguhnya, malah bisa jadi sebaliknya,” tutup Mulyanto, seperti dilansir dari laman resmi FPKS.