Mahasiswa UNY Kembangkan Briket Dari Tongkol Jagung dan Daun Jati

Mahasiswa KKN UNY membuat briket dari tongkol jagung dan daun jati kering. (Foto: Sariagri/Nasrul)

Penulis: M Kautsar, Editor: Redaksi Sariagri - Senin, 11 Januari 2021 | 12:45 WIB

SariAgri - Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan bakar, maka penambangan fosil pun juga otomatis kian meningkat. Kondisi ini dikhawatirkan menyebabkan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis. 

Melihat kondisi itu, mahasiswa program studi Pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY membuat briket dari tongkol jagung dan daun jati kering. Tiga mahasiswa yang mengaggas briket berbahan alami ini adalah Fina Indriyani, Afifah Fadilah Hasna dan Ridzky Ardiyansah Jati.

Menurut Fina Indriyani mereka memanfaatkan daun kering jati dan tongkol jagung yang jumlahnya sangat banyak. 

“Kami berpikir bagaimana memanfaatkan daun kering jati dan tongkol jagung tersebut menjadi energi alternatif sehingga dapat mengurangi limbahnya yang hanya terbuang,” kata Fina.

Afifah, menambahkan daun jati kering dengan bahan perekat kanji merupakan bahan pembuatan briket yang akan digunakan dalam sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Jumlah daun jati kering sangat banyak dan belum banyak orang yang memanfaatkan.

Sementara itu, Ridzky menjelaskan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan briket ini adalah daun jati kering, tongkol jagung, minyak tanah, tepung kanji dan air.

“Pembuatan briket melalui dua proses yaitu karbonisasi daun jati dan tongkol jagung serta pembuatan briket itu sendiri,” kata Ridzky. 

Energi Terbarukan - Baca Juga: Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi
Diversifikasi Luar Usaha, PTPN XI Kembangkan Museum Pisang

Langkah pertama melakukan pengumpulan tongkol jagung dan daun jati lalu dibersihkan. Kemudian jemur tongkol jagung dan daun jati kering dibawah sinar matahari sampai kelihatan semuanya kering. Tongkol jagung dan daun jati kemudian dimasukkan ke dalam drum secara terpisah dan dibakar. 

Ketika api terlihat membesar maka tongkol lainnya ditambahkan k edalam drum hingga yang terlihat hanya asap yang keluar.

Selanjutnya, tongkol jagung yang kelihatan sudah terbakar semua, drum langsung ditutup dan ditunggu sekitar 15 menit sampai panas yang ada dalam drum hilang.

Arang dikeluarkan dan dipisahkan antara yang terbakar dengan yang tidak dan yang menjadi abu, yang di ambil hanya yang menjadi arang. Lalu giling arang pembakaran hingga halus dan siap dicetak menjadi briket. 

Tahap berikutnya adalah pembuatan briket. Bubuk arang yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tempat pencampur untuk dicampur dengan menambahkan kanji, arang sebanyak 90 persen dan air panas secukupnya. Setelah bubuk arang tercampur dengan baik, maka adonan tersebut dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pencetakan briket. 

Briket dicetak dengan menggunakan pipa tabung satu bentuk cetakan. Lalu ditimbang untuk mendapatkan berat awal briket. Simpan briket pada tempatnya, dan mencatat hasil pengukuran seperti berat briket. Lakukan proses pengeringan 2-3 hari sampai benar-benar kering. Setelah ini, briket dapat digunakan. 

Inovasi pembuatan energi alternatif briket ini sebelumnya dikembangkan oleh Para Mahasiswa saat melakukan pengabdian KKN di dusun Tukluk, Tambakromo, Ponjong, Gunungkidul.

Marni, salah satu warga dusun Tukluk, pelatihan ini membuka wawasan baru karena selama ini tongkol jagung hanya disimpan dan langsung dibakar bila akan memasak. “Dengan pelatihan ini saya jadi tahu bahwa tongkol jagung bisa dimanfaatkan menjadi briket yang tahan lama nyalanya, mengolahnya juga mudah,” katanya.

Mayoritas warga yang bekerja sebagai petani diharapkan mampu mengolah limbah tongkol jagung menjadi energi alternatif yang dapat digunakan sebagai kebutuhan untuk memasak.

Berita Energi - Manfaat Energi Terbarukan Untuk Peternakan Ayam