Mahasiswa ITS Teliti Super Kapasitor sebagai Wind Energy Smoother

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga udara. (Foto: Pixabay)

Penulis: M Kautsar, Editor: Redaksi Sariagri - Kamis, 21 Januari 2021 | 11:30 WIB

SariAgri - Pemanfaatan angin sebagai pengganti energi penghasil listrik sudah mulai banyak dilakukan. Namun karakteristik angin yang fluktuatif membutuhkan media penyimpan energi untuk merespon daya.

Hal inilah yang kemudian menjadi obyek penelitian tiga mahasiswa Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Ketiga mahasiswa tersebut tergabung dalam Tim penelitian Laboratorium Instrumentasi, Pengukuran, dan Identifikasi Sistem Tenaga (LIPIST) yaitu, Mohammad Arian Rahmatullah, Muhammad Haikal dan Ilul Rohman.

Tiga mahasiswa yang meneliti tentang kemampuan super kapasitor sebagai alternatif pengganti baterai dalam menstabilkan daya (power smoothing) dari turbin angin.

“Alasan lain dari munculnya penelitian kami, yakni fakta adanya keterbatasan energy fosil di Indonesia saat ini. makanya kami coba teliti pemanfaatan angin sebagai energi penghasil listrik,” kata Ketua Tim LIP1ST, Mohammad Arian Rahmatullah kepada SariAgri.

Arian menambahkan penelitian ini juga berlatar potensi energi angin di Indonesia yang cukup besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi daya angin Indonesia mencapai 60.647 megawatt.

Namun hingga saat ini, kurang dari 1/6 saja kapasitas dari yang terpasang yang telah dimanfaatkan.

“Karena yang terpasang masih sedikit, jadi tidak kalah penting untuk dilakukan optimasi agar energi yang dihasilkan tidak terbuang sia-sia,” tuturnya.

Arian menyebut penggunaan baterai sebagai media penyimpanan energi selama ini masih memiliki kekurangan. Tingkat fluktuasi kecepatan angin yang tinggi menyebabkan adanya daya yang kurang mampu ditangkap dengan baik oleh baterai sebagai media penyimpan energi.

Energi Terbarukan - Baca Juga: Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi
Diversifikasi Luar Usaha, PTPN XI Kembangkan Museum Pisang

Kerapatan daya yang kecil pada baterai juga menyebabkan durasi yang lama untuk bisa terisi penuh.

“Baterai memiliki kemampuan charging dan discharging yang rendah, life cycle yang relatif pendek, serta mudah terbakar karena menggunakan proses kimiawi,” kata dia.

Oleh karenanya, lanjut Arian, diujilah sebuah media penyimpan energi yang memiliki tingkat kerapatan daya yang lebih besar, yaitu super kapasitor. Untuk mengujinya, dibuat pemodelan blok diagram pada perangkat lunak Mathlab Simulink.

“Baik baterai atau superkapasitor, keduanya kami uji daya charging dan discharging-nya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu lima detik saja,” ungkapnya.

Selesai diuji, penelitian yang dibimbing Vita Lystianingrum Budiharto Putri ini mendapati kesimpulan super kapasitor memiliki daya respon yang sangat baik dan cepat dalam interval waktu yang singkat.

Dalam waktu 5 detik, dengan daya turbin angin yang sangat fluktuatif, super kapasitor dapat menangkap energi secara optimal. Apabila daya melebihi beban, daya akan disimpan seluruhnya. Sebaliknya, ketika daya masuk kurang dari beban, cadangan daya akan disuplai untuk menyetabilkan daya yang dihasilkan oleh turbin angin.

“Meskipun harganya sedikit lebih mahal, lifetime super kapasitor tiga kali lebih lama dari baterai dan kami percaya, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang harga super kapasitor mampu bersaing dengan penyimpan energi lainnya,” ucap dia.

Berita Energi : Manfaat Energi Terbarukan Untuk Peternakan Ayam