Berita Energi - PLN NTB terus berinovasi untuk menghadirkan energi bersih, salah satunya dengan pemanfaatan sekam dan juga serbuk kayu
SariAgri - Selama ini sekam dan serbuk kayu dikenal sebagai bahan baku yang cukup bermanfaat untuk menjadi alternatif bahan bakar, penghangat kandang ayam, hingga budidaya jamur tiram oleh masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Terlebih, sumber daya kedua bahan tersebut cukup banyak dijumpai khususnya di Pulau Lombok.
Melihat potensi tersebut, PLN NTB melalui anak usahanya PT Indonesia Power terus berinovasi untuk menghadirkan energi bersih, salah satunya dengan pemanfaatan sekam dan juga serbuk kayu sebagai alternatif energi biomassa yang sumber dayanya cukup tersedia di pulau Lombok.
Lasiran, General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB menjelaskan pengembangan energi biomassa ini merupakan salah satu komitmen PLN untuk mengurangi emisi dan juga meningkatkan peran Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satunya adalah dengan memperbanyak mekanisme co-firing di PLTU.
“Sebelumnya kami telah menggunakan pelet yang berasal dari sampah. Mulai Desember 2020, pelet masuk dalam tahap komersil, dan ditambah dua sumber energi yang lain, yaitu sekam dan juga serbuk kayu”, katanya.
Baca Juga: Menilik Upaya Kementerian ESDM Soal Realisasi Bauran EBT
Ada Motor Listrik, NTB Siap Pamer Produk Andalan di Acara Gernas BBI 2021
Dikatakan Lasiran, Sekam yang digunakan yakni lapisan paling luar dari padi atau sering disebut kulit padi. Dalam prosesnya, lanjut Lasiran, sekam dimanfaatkan untuk co firing di salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Dusun Jeranjang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat (Lobar).
Sekam sendiri diambil dari salah satu pabrik penggilingan padi yang berada di Wilayah Kediri, Lombok Barat. Sedangkan untuk serbuk kayu, dihasilkan dari proses gergaji kayu yang berada di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada, Lobar.
Serbuk kayu dikumpulkan dari beberapa lokasi, untuk selanjutnya dikirim ke PLTU Jeranjang setelah melalui tahap pengeringan terlebih dahulu. Sebelumnya, serbuk kayu ini digunakan dalam budidaya jamur tiram dan juga telah dikirim hingga ke Bali.
“Supaya dapat beroperasi optimal, satu unit PLTU dapat menggunakan 3% biomassa dari total kapasitas batu bara di tiap unitnya. Jadi, biomassa yang diperlukan adalah 15 ton/hari untuk satu unit PLTU”, ujar Lasiran.
Saat ini, total energi biomassa yang digunakan mencapai 30 ton/hari dikarenakan terdapat 2 unit PLTU yang beroperasi. Penggunaanya pun juga dapat dimanfaatkan secara bersamaan dalam proses co firing, antara pelet, sekam dan serbuk kayu, selama tidak melebihi dari 15 ton/hari/unit.
Sebelumnya, PLN NTB telah mengembangkan pembuatan pelet yang berasal dari sampah melalui MoU dengan Pemerintah Provinsi NTB pada bulan Februari 2020. Sampah berasal dari TPA Kebun Kongok yang kemudian dengan melalui beberapa proses dirubah menjadi pelet, yang juga digunakan dalam proses co firing di PLTU Jeranjang.
“Biomassa adalah salah satu EBT yang diolah dalam bentuk limbah. Selain dampak positif terhadap lingkungan, hal ini juga akan sejalan dengan target 23% energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025”, tutupnya.