PLTU Mulut Tambang Terbesar di Indonesia Capai 89 Persen

Ilustrasi Pembangunan PLTU (Antara)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Senin, 6 September 2021 | 18:10 WIB

Sariagri - Progres pembangunan pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia yang dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) saat ini telah mencapai 89,4 persen.

"Sekalipun di tengah situasi pandemi kami telah berhasil menyelesaikan 89,4 persen progres konstruksi. Insya Allah, akhir tahun ini akan siap unit satu dan Maret 2022 akan siap unit kedua," kata Direktur Pengembangan Usaha PTBA Iskandar Zulkarnain dalam acara Public Expose yang dipantau di Jakarta, Senin (6/9/2021).

PLTU Sumsel 8 merupakan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan skema “mine-to-mouth” (mulut tambang) dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara, sehingga bisa mengurangi biaya logistik.

PLTU itu direncanakan akan memiliki kapasitas 2x620 megawatt dan akan tersambung dengan transmisi Sumatera 500 kilovolt, dan transmisi HVDC Jawa-Sumatera.

Proyek pembangkit tersebut nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara per tahun. Perseroan menyatakan pembangkit tersebut memakai teknologi ramah lingkungan, yakni super critical yang diklaim mampu menekan emisi dari aktivitas pembakaran batu bara.

Nilai investasi pembangkit mencapai 1,68 miliar dolar AS dengan skema pendanaan BUMN dan swasta melalui konsorsium antara Bukit Asam dan China Huadian Hongkong Company Ltd.

Selain menggarap bisnis energi fosil, emiten dengan kode saham PTBA ini juga melakukan ekspansi bisnis ke sektor energi baru terbarukan, salah satunya pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di Bandara Soekarno Hatta bekerja sama dengan Angkasa Pura II.

Baca Juga: PLTU Mulut Tambang Terbesar di Indonesia Capai 89 Persen
Emisi Karbon Ketenagalistrikan Indonesia Terendah di ASEAN

Bukit Asam juga berencana menggarap proyek PLTS lahan pasca tambang di Ombilin, Sumatera Barat berkapasitas 200 megawatt; Tanjung Enim, Sumatera Selatan berkapasitas 200 megawatt; dan Bantuas di Kalimantan Timur.

Saat ini, perseroan masih melakukan komunikasi dengan PLN agar bisa menjadi penghasil energi independen (IPP) terkait bisnis PLTS lahan pasca tambang pada 2022.