Infrastruktur Energi Baru di Eropa Dikhawatirkan Perburuk Pemanasan Global

Ilustrasi kilang minyak. (Foto: Unsplash)

Editor: Putri - Rabu, 8 Juni 2022 | 18:00 WIB

Sariagri - Negara-negara Uni Eropa kini tengah membangun proyek bahan bakar fosil baru. Hal tersebut dilakukan setelah melonjaknya harga minyak di dunia yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Namun proyek tersebut dianggap akan memperburuk pemanasan global dan perubahan iklim. Sebuah laporan oleh organisasi analisis ilmiah independen, Climate Action Tracker (CAT), mengatakan dunia berisiko terkunci dalam "pemanasan yang tidak dapat diubah."

Ada konsensus luas bahwa emisi gas yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil harus dikurangi secara dramatis pada 2030. Hal tersebut dilihat sebagai satu-satunya jalan untuk menjaga suhu global yang telah naik hingga 1,5 derajat serta menghindari efek perubahan iklim yang paling merusak.

"Tampaknya benar-benar ada 'demam emas' untuk infrastruktur bahan bakar fosil baru," kata Profesor Niklas Höhne dari NewClimate Institute, mengutip BBC News.

"Seharusnya proyek itu hanya membantu pasokan energi jangka pendek, tetapi infrastruktur baru yang dibangun akan ada di sana selama beberapa dekade dan kami pasti akan kehilangan target iklim," tambahnya.

Laporan itu muncul ketika para diplomat bertemu di konferensi Perubahan Iklim Bonn PBB di tengah kekhawatiran baru terkait keamanan energi.

Utusan Amerika Serikat (AS) untuk perubahan iklim John Kerry memperingatkan, perang di Ukraina tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk memperpanjang ketergantungan global pada batu bara.

Dalam kesempatan itu, Kerry mengkritik sejumlah negara besar karena tidak memenuhi janji yang mereka buat pada KTT COP26 tentang perubahan iklim pada 2021.

Sejak dimulainya perang di Ukraina, sebagian besar negara Barat berusaha untuk mengurangi atau sepenuhnya berhenti membeli bahan bakar fosil dari Rusia.

Banyak yang mengumumkan target yang lebih ambisius untuk beralih ke sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari. Sementara tidak sedikit negara yang mencari sumber gas dan minyak dari negara selain Rusia.

CAT mengatakan fasilitas gas alam cair (LNG) baru diusulkan di Jerman, Italia, Yunani, Belanda, dan Kanada. AS, Qatar, Mesir, dan Aljazair semuanya telah menandatangani kesepakatan untuk mengekspor LNG ke berbagai negara Eropa. Sementara proyek gas sedang dihidupkan kembali di Afrika Barat.

Baca Juga: Infrastruktur Energi Baru di Eropa Dikhawatirkan Perburuk Pemanasan Global
Catat! Mobil Mewah Dilarang Gunakan Pertalite

Rencana Uni Eropa untuk menjauh dari penggunaan bahan bakar fosil Rusia dan menuju energi terbarukan dikritik karena justru terus mendanai infrastruktur bahan bakar fosil.

Sebagai bagian dari apa yang disebut 'REpowerEU' hingga 12 miliar poundsterling telah dialokasikan untuk jaringan pipa gas dan fasilitas impor untuk LNG dalam apa yang dikatakan sebagai langkah jangka pendek.

Langkah tersebut dipilih untuk mengamankan pasokan energi sementara fasilitas energi terbarukan juga dibangun.