Punya Potensi 3.600 GW, RI Tak Akan Babat Hutan untuk Panel Surya

Ladang panel surya seluas 1,46 hektare yang berlokasi di Selayar, Sulawesi Selatan. (ANTARA

Editor: Yoyok - Kamis, 27 Oktober 2022 | 17:15 WIB

Sariagri - Pemerintah tidak akan mengganti hutan yang ada untuk ditanami papan panel surya. Padahal, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) hingga sebesar 3.600 Giga Watt (GW) yang 89 persennya berasal dari surya.

"Indonesia diberkahi dengan berbagai macam sumber energi baru terbarukan, lebih dari 3.600 GW tersebar di seluruh negeri di mana 89 persennya berasal dari surya. Tapi kita harus hati-hati. Kita tidak perlu mengganti hutan kita dengan papan panel surya. Kita harus menjaganya dengan hati-hati," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif dalam webinar Shine Bright: Advancing G20 Solar Leadership di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Arifin menuturkan di dalam peta jalan transisi energi Indonesia, energi surya akan memegang peranan penting dalam memenuhi pasokan pembangunan listrik nasional. Hal itu lantaran sekitar 21 GW dari total 700 GW kapasitas energi baru terbarukan berasal dari energi surya.

Meski berkomitmen untuk menjalankan ekonomi rendah karbon sekaligus mendukung target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, Arifin menyebutkan peran sumber energi tidak terbarukan seperti gas alam memegang peranan penting untuk dikembangkan sebagai jembatan sebelum teknologi EBT mencapai skala ekonomi dan komersial.

"Intermittent solar (penggunaan tenaga surya yang terputus) juga bisa diatasi dengan menerapkan teknologi antara tenaga surya dengan penyimpanan di teknologi tenaga air atau panas bumi," katanya.

Arifin juga mengingatkan sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan jaringan transmisi untuk mengalirkan listrik dari pusat produksi listrik ke pusat konsumsi listrik.

Indonesia tengah berencana untuk membangun transmisi super grid untuk menyediakan akses energi dan mengatasi ketidaksesuaian sumber EBT dengan wilayah yang membutuhkan pasokan energi besar.

"Kami juga membuka peluang untuk ekspor listrik EBT ke anggota ASEAN melalui ASEAN Power Grid," imbuhnya.

Arifin mengajak semua pihak untuk ikut berkontribusi dalam penerapan strategi mendukung transisi energi menuju ekonomi rendah karbon.

Baca Juga: Punya Potensi 3.600 GW, RI Tak Akan Babat Hutan untuk Panel Surya
RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan Mandek, Pemerintah Dinilai Tak Serius

Menurut dia, tidak hanya pemerintah dan pebisnis, peran pengembang energi termasuk pengguna seperti sektor komersial dan industri juga dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut.

"Dukungan dari manufaktur lokal dan industri sangat penting agar tercipta manfaat mempertimbangkan Indonesia punya potensi mineral dan mineral kritis sebagai bahan mentah untuk solar PV, baterai dan kabel listrik," katanya.